Banyak dari kita yang sudah mengetahui dampak-dampak frekuensi audio terhadap psikologis, panca indera, bahkan terhadap fisik kita, namun di sini saya ingin membahas dampak-dampak tersebut secara lebih dalam dan juga saya ingin menunjukan beberapa dampak nyata frekuensi audi terhadap kejiwaan manusia berdasarkan sumber-sumber terpercaya.
1. AUDIO SEBAGAI “AGENT OF DESTRUCTION”
Manusia mempunyai jarak pendengaran 20 Hz sampai 20 kHz dalam kondisi prima, namun jarak ini menurun seiring berjalanya waktu, audio dalam jarak 20 Hz sampai 20 Khz ini dapat mempengaruhi psikologi manusia, contohnya suara gemuruh drum perang, sampai suara dentuman baton polisi ke tameng anti huru-hara, ini semua memberikan efek psikologis terhadap manusia yang mendengarkanya, suara terkadang juga sering di kaitkan dengan hal-hal negative seperti kutipan ini, “Behold, I will bring evil upon this place, the which whosoever heareth, his ears shall tingle” (Jeremiah 19.3)”.
Selain itu audio/suara juga biasa di gunakan dalam pertempuran/penyerangan, biasa juga di sebut “psycho-acoustic warfare”, ini terjadi dalam pengepungan Waco di Texas dimana agen federal menggunakan suara-suara yang menggangu dan tidak mengenakan untuk mempengaruhi psikologis lawanya, seperti menggunakan suara bayi menangis, suara bor, dan macam-macam suara tidak mengenakan lainya, dan juga psycho-acoustic warfare ini terbukti sangat efektif, seperti bila kita kehilangan kemampuan pendengaran, kita akan mengalami dis-orientasi, perubahan psikoligis di dalam tubuh terjadi pada tekanan suara 120 samapi 140 dB (decibel), korban akan merasakan perasaan tidak nyaman dan rasa sakit pada pendengaran, pada tekanan suara 160 dB gendang telinga akan terluka bahkan bisa pecah.
Namun efek suara terhadap tubuh tidaklah tergantung pada pendengaran, karena pada dasarnya suara adalah energy getaran, jadi pada frekuensi 50 Hz – 100 Hz dengan tekanan sekitar 160 dB bisa di pastikan tubuh kita akan merasakan getaran walaupun kuping kita, kita tutup, terutama di bagian dada yang akan berasa sekali dentumanya, pada frekuensi ini kita juga bisa merasakan mual, dan pusing.
Gelombang kejut frekuensi mengengah dan tinggi yang disebabkan oleh ledakan bisa membuat efek yang cukup mengerikan terhadap manusia, contohnya ledakan bom pada level 140 dB bisa membuat kita kehilangan kemampuan pendengaran sementara, pada level yang lebih tinggi sekitar 170 dB kita bisa kehilangan pendengaran seacara permanen, pada level di atas 195 dB membrane timpanik kita mulai terluka dan bisa hancur, dan pada level di atas 200 dB bisa menyebabkan kerusakan paru-paru dan bahkan kematian,”Noise is violence: it disturbs. To make noise is to interrupt a transmission, to disconnect, to kill.”
2. AUDIO SEBAGAI TERAPI MUSIKAL
Namun tidak semua efek dari suara itu negative, beberapa sumber mengatakan bahwa suara juga bisa di gunakan sebagai terapi dan juga biasa disebut Music Therapy, terapi music bisa di kaitkan hingga jaman Yunani kuno, dewa mereka, dewa Apollo adalh dewa music sekaligus dewa penyembuhan, tidak heran bangsa Yunani kuno percaya akan kekuatan penyembuhan dengan music, tidak hanya di Yunani, bangsa mesir pun mempercai dengan kekuatan music sebagai penyembuhan, filsafat Yunani Plato mengatakan bahwa music dapat mempengaruhi keadaan jiwa dan juga emosi seseorang, beliau juga menyebutkan bahwa music bisa mempengaruhi sebuah karakter seseorang.
Aristotle juga mengatakan bahwa music adalah tenaga yang bisa memurnikan jiwa, praktik terapi music ini sudah ada sejak 400 B.C, dimana Hippocrates memainkan music kepada pasienya agar keadaan mereka membaik, dan di abad ke 13 rumah sakit di Arab sudah menyediakan ruangan music untuk pasien mereka, bahkan al-Farabi seorang psikologis dan music theorist asal Persia,
dalam risalahnya berjudul Meanings of the Intellect yang meniliti efek terapi music terhadap kondisi jiwa menyebutkan bahwa efek dari music itu sangatlah banyak terhadap jiwa.
Terapi music juga sering di kaitkan dengan perkembangan anak-anak, seperti membantu mereka anak-anak yang memiliki masalah dengan berkomunikasi, motivasi, dan juga masalah dalam berprilaku, menurut Daniel Levitin, pengalaman manusia mendengarkan music sudah terjadi dalam kandungan, namun banyak yang mengira bahwa jika kita mendengarkan music terutama banyak yang percaya music classic bisa meningkatkan intelejen anak mereka jika di dengarkan semenjak dalam kandungan itu ternyata tidak sepenuhnya benar walaupun dalam beberapa penelitian di sebutkan bahwa mendengarkan music kepada janin itu baik untuk perkembangan otak bayi, memang bayi dalam kandungan bisa mendengarkan suara-suara dari luar kandungan namun itu tidak sepenuhnya menyebabkan bayi itu pintar, karena menurut penelitian yang di lakukan Gordon Shaw seorang ahli syaraf University of California menyebutkan beradasarkan penelitian yang di fokuskan kepada anak berumun 3-4 tahun bahwa music memanglah memiliki peran yang besar dalam pertumbuhan otak mereka.
3. HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI AUDIO DENGAN BRAIN WAVES
Mungkin anda pernah mendengar tentang Brain Waves atau gelombang otak, brain waves ini sangatlah peka terhadap frekuensi suara, bila anda perhatikan banyak pusat kebugaran menggunakan music yang memompa semangat, karena music tersebut dapat membuat anda berlatih lebih keras dan amksimum,namun bila anda memahami cara kerja suara dan music merubah brain waves anda pasti akan terkejut, karena hanya dengan menyesuaikan gelombang suara dengan gelombang otak anda bisa merubah keadaan mental dan fisik anda.
Brain Waves di bagi menjadi 4 katagori seperti pada gambar berikut ;
Pertama gelombang Alpha gelombang yang berjarak antara 8 – 13.9 Hz gelombang yang bisa menyebabkan rasa tenang, pembelajaran super, dan rasa focus, lalu ada gelombang Beta yang berada di jarak 14-30 Hz yang bisa mempengaruhi, konsentrasi, rangsangan, dan kewaspadaan, lalu gelombang Delta yang menyebabkan, tidur tak bermimpi, pertumbuhan hormone manusia, dan kehilangan kewaspadaan tubuh, dan terakhir ada gelombang Theta berjarak sekitar 4 – 7.9 Hz gelombang ini bisa mempengaruhi mimpi pada tidur anda, meningkatkan kualitas memori dan pembelajaran, peningkatan kreativitas, dari 4 gelombang tersbeut kita bisa menyesuaikan gelombang yang kita butuhkan dalam suatu aktivitas, banyak caranya untuk menstimulasi brain waves ini, misalnya dengan mendengarkan music-music yang banyak bermain di gelombang rendah bisa mempengaruhi brain waves pada otak kita.
Kebanyakan manusia tanpa disadari hidup dengan gelombang Beta, karena rata-rata pendengaran manusia berjarak 20 Hz-20 KHz, tanpa di sadari kita hidup dalam kondisi terangsang, terkonsentrasi, waspada, namun rawan stress, jadi banyak manusia yang mencoba menurunkan gelombang otak mereka salah satunya dengan bermeditasi, dengan bermeditasi secara tidak sadar manusia sedang melatih otaknya untuk memasuki gelombang Alpha, ini di karenakan saat bermeditasi kita focus pada satu hal saja entah itu objek ataupun suara, dan ini membuat gelombang otak kita tenang dan santai sehingga mencapai ke gelombang Alpha dengan stabil.
Namun seiring berjalanya penelitian, penyesuaian gelombang otak juga bisa di lakukan dengan konsep “brainwave entrainment” yaitu konsep yang menggunakan ketukan “binaural” contohnya dengan mendengarkan 2 bunyi dengan frekuensi yang dekat akan menimbulkan frekuensi difrensial contoh, bila anda mendengarkan frekuensi 495 Hz dan 505 Hz secara bersamaan akan membuat ketukan binaural sebesar 10 Hz, gelombang yang berada di antara frekuensi Aplha, seperti gambar berikut;
Pada kesempatan ini saya juga berkesempatan untuk mewawancarai dan berdiskusi dengan seorang sound engineer, dan saya menanyakan beberapa dampak psikologis dan dampak pada indera manusia berikut rangkuman diskusi dan wawancara dengan saudara Aba seorang sound engineer, mixing engineer, dan recording engineer di salah satu PH ternama di Jakarta.
Pertama saya menanyakan tentang phobia suara, contohnya pada frekuensi tertentu yang terdengar oleh seseorang, maka orang tersebut akan mengalami rasa tidak nyaman dalam mendengar suara pada frekuensi tersebut dan juga bisa menimbulkan efek emosional yang kurang mengenakan, dan saya bertanya kepada saudara Aba, apakah beliau mempunyai phobia suara pada frekuensi tertentu, lalu dia menjawab bahwa dia mempunyai phobia suara pada gelombang low sampai high mid, atau sekitar 500 Hz – 1 KHz, dan dia juga menjelaskan bahwa setiap manusia mempunyai jarak frekuensi phobia suara yang berbeda, namun kebanyakan manusia akan merasakan rasa tidak nyaman pada frekuensi 4 KHz – 8 Khz, dan malah pada frekuensi 12 KHz ke atas mereka akan merasa lebih nyaman, ini mungkin di karenakan frekuensi 4 – 8 KHz ini sering juga di bilang frekuensi nuzzle dan hiss sound, dimana suara yang terlalu di boost di frekuensi tersebut akan menimbulkan dampak tidak nyaman pada pendengarnya, lalu saya menanyakan apakah phobia suara juga bisa terjadi kepada pendengar music umum, apakah hal ini terpengaruh terhadap treatment saat mixing lagu, dan beliau merespon, bahwa sesungguhnya treatment mixingan terhadap lagu bisa mempengaruhi kenyamanan seseorang dalam mendengarkan lagu tersebut, terlepas dari karakter mixingan seorang mixing engineer, misalnya pada saat dia me-mixing lagu saudara Aba akan mencari frekuensi yang menggulung dan yang dirasa menggangu kenyamanan sang pendengar, ini di karenakan bila dalam sebuah mixingan lagu terdapat frekuensi yang menggangu makan frekuensi tersebut bisa membuat pendengar tidak nyaman mendengarkan lagu tersebut, jadi untuk menghindari hal-hal tersebut, beliau menggunakan tehnik cut/boost 3dB dimana frekuensi yang menggangu tersebut di potong sebanyak 3 decibel, teknik ini sangat efektif untuk menghilangkan frekuensi yang mengganggu, lalu saya juga bertanya tentang kinerja telinga seorang sound engineer jika harus dihadapkan pada pekerjaan yang menuntut durabilitas telinga yang cukup tinggi, lalu dia menjelaskan bahwa ke efektifan pendengaran manusia tergantung kepada kondisi tubuh, dan umur, dan dia juga menjelaskan bahwa pendengaran manusia itu efektif berkisar 3 -5 jam, lebih dari itu akan terjadi fenomena yang bernama ear fatigue, dan ear fatigue tersebut sangat mempengaruhi kinerja seorang sound engineer, di karenakan mereka akan kehilangan kemampuan untuk mendengar beberapa frekuensi tertentu, jadi di saran kan dalam jangka waktu 3 jam maka anda harus segera beristirahat agar kinerja telinga anda bisa kembali optimal, dalam kesempatan ini saya juga menanyakan adakah efek dari suara / audio kepada reaksi kimia tubuh, dan beliau menjelaskan bahwa ternyata suara atau audio juga memiliki efek kimia dalam tubuh dia memberikan contoh, jika kita mendengar suara seorang yang kita cintai, maka akan terjadi reaksi emosional terhadap diri kita yang sering menyebabkan kita merasa senang, hati kita berdegup kencang, begitu juga sebaliknya bila mendengar suara orang yang kita kurang suka maka kita akan menimbulkan emosi yang negative yang membuat kita kurang nyaman, itu di karenakan otak kita merekam suara tersebut dalam memori dan itu memberikan kita perintah untuk merespon suara tersebut dengan rasa yang positif atau yang negative, begitu juga halnya dengan music, bila kita mendengar music dengan nada-nada yang ceria maka kita akan segera merasakan perasaan yang riang serta gembira, sebaliknya kita akan ikut merasakan hal menyadihkan ketika kita mendengar lagu-lagu atau music yang memiliki nada – nada yang minor.
Itulah wawancara singkat saya bersama saudara Aba seorang sound engineer yang memliki pengalaman yang banyak dalam efek frekuensi terhadap kejiwaan dan panca indera kita, dan wawancara tadi juga menutup makalah yang saya buat ini.
Kesimpulanya bahwa suara/audio, sangatlah mempunyai peran penting terhadap kondisi jiwa dan juga panca indera manusia, dari efek yang destruktif hingga efek yang konstruktif, ini kembali lagi kepada kebijakan anda dalam memanfaatkan hal tersebut, sekian dari saya dan terimakasih telah membaca.
1. AUDIO SEBAGAI “AGENT OF DESTRUCTION”
Manusia mempunyai jarak pendengaran 20 Hz sampai 20 kHz dalam kondisi prima, namun jarak ini menurun seiring berjalanya waktu, audio dalam jarak 20 Hz sampai 20 Khz ini dapat mempengaruhi psikologi manusia, contohnya suara gemuruh drum perang, sampai suara dentuman baton polisi ke tameng anti huru-hara, ini semua memberikan efek psikologis terhadap manusia yang mendengarkanya, suara terkadang juga sering di kaitkan dengan hal-hal negative seperti kutipan ini, “Behold, I will bring evil upon this place, the which whosoever heareth, his ears shall tingle” (Jeremiah 19.3)”.
Selain itu audio/suara juga biasa di gunakan dalam pertempuran/penyerangan, biasa juga di sebut “psycho-acoustic warfare”, ini terjadi dalam pengepungan Waco di Texas dimana agen federal menggunakan suara-suara yang menggangu dan tidak mengenakan untuk mempengaruhi psikologis lawanya, seperti menggunakan suara bayi menangis, suara bor, dan macam-macam suara tidak mengenakan lainya, dan juga psycho-acoustic warfare ini terbukti sangat efektif, seperti bila kita kehilangan kemampuan pendengaran, kita akan mengalami dis-orientasi, perubahan psikoligis di dalam tubuh terjadi pada tekanan suara 120 samapi 140 dB (decibel), korban akan merasakan perasaan tidak nyaman dan rasa sakit pada pendengaran, pada tekanan suara 160 dB gendang telinga akan terluka bahkan bisa pecah.
Namun efek suara terhadap tubuh tidaklah tergantung pada pendengaran, karena pada dasarnya suara adalah energy getaran, jadi pada frekuensi 50 Hz – 100 Hz dengan tekanan sekitar 160 dB bisa di pastikan tubuh kita akan merasakan getaran walaupun kuping kita, kita tutup, terutama di bagian dada yang akan berasa sekali dentumanya, pada frekuensi ini kita juga bisa merasakan mual, dan pusing.
Gelombang kejut frekuensi mengengah dan tinggi yang disebabkan oleh ledakan bisa membuat efek yang cukup mengerikan terhadap manusia, contohnya ledakan bom pada level 140 dB bisa membuat kita kehilangan kemampuan pendengaran sementara, pada level yang lebih tinggi sekitar 170 dB kita bisa kehilangan pendengaran seacara permanen, pada level di atas 195 dB membrane timpanik kita mulai terluka dan bisa hancur, dan pada level di atas 200 dB bisa menyebabkan kerusakan paru-paru dan bahkan kematian,”Noise is violence: it disturbs. To make noise is to interrupt a transmission, to disconnect, to kill.”
2. AUDIO SEBAGAI TERAPI MUSIKAL
Namun tidak semua efek dari suara itu negative, beberapa sumber mengatakan bahwa suara juga bisa di gunakan sebagai terapi dan juga biasa disebut Music Therapy, terapi music bisa di kaitkan hingga jaman Yunani kuno, dewa mereka, dewa Apollo adalh dewa music sekaligus dewa penyembuhan, tidak heran bangsa Yunani kuno percaya akan kekuatan penyembuhan dengan music, tidak hanya di Yunani, bangsa mesir pun mempercai dengan kekuatan music sebagai penyembuhan, filsafat Yunani Plato mengatakan bahwa music dapat mempengaruhi keadaan jiwa dan juga emosi seseorang, beliau juga menyebutkan bahwa music bisa mempengaruhi sebuah karakter seseorang.
Aristotle juga mengatakan bahwa music adalah tenaga yang bisa memurnikan jiwa, praktik terapi music ini sudah ada sejak 400 B.C, dimana Hippocrates memainkan music kepada pasienya agar keadaan mereka membaik, dan di abad ke 13 rumah sakit di Arab sudah menyediakan ruangan music untuk pasien mereka, bahkan al-Farabi seorang psikologis dan music theorist asal Persia,
dalam risalahnya berjudul Meanings of the Intellect yang meniliti efek terapi music terhadap kondisi jiwa menyebutkan bahwa efek dari music itu sangatlah banyak terhadap jiwa.
Terapi music juga sering di kaitkan dengan perkembangan anak-anak, seperti membantu mereka anak-anak yang memiliki masalah dengan berkomunikasi, motivasi, dan juga masalah dalam berprilaku, menurut Daniel Levitin, pengalaman manusia mendengarkan music sudah terjadi dalam kandungan, namun banyak yang mengira bahwa jika kita mendengarkan music terutama banyak yang percaya music classic bisa meningkatkan intelejen anak mereka jika di dengarkan semenjak dalam kandungan itu ternyata tidak sepenuhnya benar walaupun dalam beberapa penelitian di sebutkan bahwa mendengarkan music kepada janin itu baik untuk perkembangan otak bayi, memang bayi dalam kandungan bisa mendengarkan suara-suara dari luar kandungan namun itu tidak sepenuhnya menyebabkan bayi itu pintar, karena menurut penelitian yang di lakukan Gordon Shaw seorang ahli syaraf University of California menyebutkan beradasarkan penelitian yang di fokuskan kepada anak berumun 3-4 tahun bahwa music memanglah memiliki peran yang besar dalam pertumbuhan otak mereka.
3. HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI AUDIO DENGAN BRAIN WAVES
Mungkin anda pernah mendengar tentang Brain Waves atau gelombang otak, brain waves ini sangatlah peka terhadap frekuensi suara, bila anda perhatikan banyak pusat kebugaran menggunakan music yang memompa semangat, karena music tersebut dapat membuat anda berlatih lebih keras dan amksimum,namun bila anda memahami cara kerja suara dan music merubah brain waves anda pasti akan terkejut, karena hanya dengan menyesuaikan gelombang suara dengan gelombang otak anda bisa merubah keadaan mental dan fisik anda.
Brain Waves di bagi menjadi 4 katagori seperti pada gambar berikut ;
Pertama gelombang Alpha gelombang yang berjarak antara 8 – 13.9 Hz gelombang yang bisa menyebabkan rasa tenang, pembelajaran super, dan rasa focus, lalu ada gelombang Beta yang berada di jarak 14-30 Hz yang bisa mempengaruhi, konsentrasi, rangsangan, dan kewaspadaan, lalu gelombang Delta yang menyebabkan, tidur tak bermimpi, pertumbuhan hormone manusia, dan kehilangan kewaspadaan tubuh, dan terakhir ada gelombang Theta berjarak sekitar 4 – 7.9 Hz gelombang ini bisa mempengaruhi mimpi pada tidur anda, meningkatkan kualitas memori dan pembelajaran, peningkatan kreativitas, dari 4 gelombang tersbeut kita bisa menyesuaikan gelombang yang kita butuhkan dalam suatu aktivitas, banyak caranya untuk menstimulasi brain waves ini, misalnya dengan mendengarkan music-music yang banyak bermain di gelombang rendah bisa mempengaruhi brain waves pada otak kita.
Kebanyakan manusia tanpa disadari hidup dengan gelombang Beta, karena rata-rata pendengaran manusia berjarak 20 Hz-20 KHz, tanpa di sadari kita hidup dalam kondisi terangsang, terkonsentrasi, waspada, namun rawan stress, jadi banyak manusia yang mencoba menurunkan gelombang otak mereka salah satunya dengan bermeditasi, dengan bermeditasi secara tidak sadar manusia sedang melatih otaknya untuk memasuki gelombang Alpha, ini di karenakan saat bermeditasi kita focus pada satu hal saja entah itu objek ataupun suara, dan ini membuat gelombang otak kita tenang dan santai sehingga mencapai ke gelombang Alpha dengan stabil.
Namun seiring berjalanya penelitian, penyesuaian gelombang otak juga bisa di lakukan dengan konsep “brainwave entrainment” yaitu konsep yang menggunakan ketukan “binaural” contohnya dengan mendengarkan 2 bunyi dengan frekuensi yang dekat akan menimbulkan frekuensi difrensial contoh, bila anda mendengarkan frekuensi 495 Hz dan 505 Hz secara bersamaan akan membuat ketukan binaural sebesar 10 Hz, gelombang yang berada di antara frekuensi Aplha, seperti gambar berikut;
Pada kesempatan ini saya juga berkesempatan untuk mewawancarai dan berdiskusi dengan seorang sound engineer, dan saya menanyakan beberapa dampak psikologis dan dampak pada indera manusia berikut rangkuman diskusi dan wawancara dengan saudara Aba seorang sound engineer, mixing engineer, dan recording engineer di salah satu PH ternama di Jakarta.
Pertama saya menanyakan tentang phobia suara, contohnya pada frekuensi tertentu yang terdengar oleh seseorang, maka orang tersebut akan mengalami rasa tidak nyaman dalam mendengar suara pada frekuensi tersebut dan juga bisa menimbulkan efek emosional yang kurang mengenakan, dan saya bertanya kepada saudara Aba, apakah beliau mempunyai phobia suara pada frekuensi tertentu, lalu dia menjawab bahwa dia mempunyai phobia suara pada gelombang low sampai high mid, atau sekitar 500 Hz – 1 KHz, dan dia juga menjelaskan bahwa setiap manusia mempunyai jarak frekuensi phobia suara yang berbeda, namun kebanyakan manusia akan merasakan rasa tidak nyaman pada frekuensi 4 KHz – 8 Khz, dan malah pada frekuensi 12 KHz ke atas mereka akan merasa lebih nyaman, ini mungkin di karenakan frekuensi 4 – 8 KHz ini sering juga di bilang frekuensi nuzzle dan hiss sound, dimana suara yang terlalu di boost di frekuensi tersebut akan menimbulkan dampak tidak nyaman pada pendengarnya, lalu saya menanyakan apakah phobia suara juga bisa terjadi kepada pendengar music umum, apakah hal ini terpengaruh terhadap treatment saat mixing lagu, dan beliau merespon, bahwa sesungguhnya treatment mixingan terhadap lagu bisa mempengaruhi kenyamanan seseorang dalam mendengarkan lagu tersebut, terlepas dari karakter mixingan seorang mixing engineer, misalnya pada saat dia me-mixing lagu saudara Aba akan mencari frekuensi yang menggulung dan yang dirasa menggangu kenyamanan sang pendengar, ini di karenakan bila dalam sebuah mixingan lagu terdapat frekuensi yang menggangu makan frekuensi tersebut bisa membuat pendengar tidak nyaman mendengarkan lagu tersebut, jadi untuk menghindari hal-hal tersebut, beliau menggunakan tehnik cut/boost 3dB dimana frekuensi yang menggangu tersebut di potong sebanyak 3 decibel, teknik ini sangat efektif untuk menghilangkan frekuensi yang mengganggu, lalu saya juga bertanya tentang kinerja telinga seorang sound engineer jika harus dihadapkan pada pekerjaan yang menuntut durabilitas telinga yang cukup tinggi, lalu dia menjelaskan bahwa ke efektifan pendengaran manusia tergantung kepada kondisi tubuh, dan umur, dan dia juga menjelaskan bahwa pendengaran manusia itu efektif berkisar 3 -5 jam, lebih dari itu akan terjadi fenomena yang bernama ear fatigue, dan ear fatigue tersebut sangat mempengaruhi kinerja seorang sound engineer, di karenakan mereka akan kehilangan kemampuan untuk mendengar beberapa frekuensi tertentu, jadi di saran kan dalam jangka waktu 3 jam maka anda harus segera beristirahat agar kinerja telinga anda bisa kembali optimal, dalam kesempatan ini saya juga menanyakan adakah efek dari suara / audio kepada reaksi kimia tubuh, dan beliau menjelaskan bahwa ternyata suara atau audio juga memiliki efek kimia dalam tubuh dia memberikan contoh, jika kita mendengar suara seorang yang kita cintai, maka akan terjadi reaksi emosional terhadap diri kita yang sering menyebabkan kita merasa senang, hati kita berdegup kencang, begitu juga sebaliknya bila mendengar suara orang yang kita kurang suka maka kita akan menimbulkan emosi yang negative yang membuat kita kurang nyaman, itu di karenakan otak kita merekam suara tersebut dalam memori dan itu memberikan kita perintah untuk merespon suara tersebut dengan rasa yang positif atau yang negative, begitu juga halnya dengan music, bila kita mendengar music dengan nada-nada yang ceria maka kita akan segera merasakan perasaan yang riang serta gembira, sebaliknya kita akan ikut merasakan hal menyadihkan ketika kita mendengar lagu-lagu atau music yang memiliki nada – nada yang minor.
Itulah wawancara singkat saya bersama saudara Aba seorang sound engineer yang memliki pengalaman yang banyak dalam efek frekuensi terhadap kejiwaan dan panca indera kita, dan wawancara tadi juga menutup makalah yang saya buat ini.
Kesimpulanya bahwa suara/audio, sangatlah mempunyai peran penting terhadap kondisi jiwa dan juga panca indera manusia, dari efek yang destruktif hingga efek yang konstruktif, ini kembali lagi kepada kebijakan anda dalam memanfaatkan hal tersebut, sekian dari saya dan terimakasih telah membaca.